Laporan Praktikum Agroklimatologi
KELEMBABAN UDARA
OLEH :
Muhammad Udai
0805106010055
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laju penguapan dari permukaan tanah lebih ditentukan oleh deficit tekanan uap air dari pada kelembaban mutlak maupun nisbi. Sedangkan pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi telah mencapai 100 % meskipun tekanan uap aktualnya relatif rendah.
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban actual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban actual dinyatakan dengan tekanan uap actual, maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh. Semakin tinggi suhu udara, maka kapasitas untuk menampung uap air meningkat.
Di daerah tropika basah, kelembaban rata-rata harian atau bulanan relative tetap sepanjang tahun, umumnya RH lebih dari 60 %. Perubahan kelembaban rata-rata ini tidak terlalu jelas karena variasi suhu harian yang juga sangat kecil. Sedangkan untuk daerah lintang tinggi, variasi kelembaban nisbi relative lebih besar karena variasi suhu hariannya yang juga besar.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Kelembaban Udara ini adalah untuk mengetahui, mengukur, dan memahami tingkat kelembaban yang ditunjukkan oleh alat termometer Psychrometer pada waktu dan tempat tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pendekatan gravimetric dilakukan dengan menggunakan bahan padat penyerap uap air (solid desiccant). Perbedaan berat bahan ini sebelum dan sesudah ditempatkan pada udara dengan volum yang diketahui merupakan berat uap air yang terkandung dalam udara yang akan diukur tersebut. Data yang diperoleh adalah kerapatan uap air atau kelembaban absolut. Kelembaban relatif dapat dihitung dengan terlebih dahulu mengetahui tekanan uap air pada kondisi jenuh. Pendekatan gravimetri merupakan pengukuran langsung untuk kelembaban udara dan dijadikan patokan untuk kalibrasi instrumen-instrumen pengukuran kelembaban udara lainnya (Benyamin Lakitan, 2004).
Secara makro kelembaban Nisbi (RH) umumnya tinggi pada pusat-pusat tekanan rendah berkaitan dengan naiknya massa u8dara sebagai salah satu syarat pembentukan awan dan hujan. Karena banyak hujan maka banyak air yang dapat diuapkan sehingga daerah tersebut menjadi relative lembab. Kelembaban Nisbi tertinggi terjadi di daerah ITCZ karena penguapannya yang tinggi akibat penerimaan energi radiasi surya yang besar sepanjang tahun. Sebaliknya, pada pusat-pusat tekanan tinggi, disamping jarang hujan, kelembaban nisbi yang rendah disebabkan massa udara yang turun membawa udara kering karena uap air sudah terkondensi menjadi awan di tempat lain (Handoko, 2002).
Udara yang tak jenuh uap air dapat menjadi jenuh jika suhu udara tersebut diturunkan. Setelah udara menjadi jenuh uap air, akan terjadi kondensasi. Fenomena ini adalah komponen hygrometer titik embun. Komponen utamanya adalh sumber cahaya, cermin, sensor cahaya, dan pendingin udara. Cahaya yang berasal dari sumber diarahkan ke cermin. Posisi cermin diatur agar refleksi cahaya tepat jatuh pada sensor. Udara yang akan diukur kelemabannya dialirkan kedalam hygrometer dan suhunya secara perlahan-lahan diturunkan sampai udara tersebut menjadi jenuh uap air dan akibatnya akan terjadi pengembunan pada permukaan cermin (www.wikipedia/kelembaban.menlh.co.id).
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
- Psychrometer (Termometer Bola Kering-Bola Basah)
B. Metode Kerja
v Diamati bagian-bagian dari Termometer Bola Kering (TBK) dan Termometer Bola Basah (TBB)
v Dicari tempat dibawah tajuk tanaman
v Diletakkan TBK dan TBB tersebut diatas tanah yang berada di bawah tajuk yang telah diamati
v Didiamkan TBK dan TBB tersebut selama 5 menit diatas tanah
v Dicatat suhu yang ditunjukkan oleh TBK dan TBB tersebut
v Diulangi pada daerah tanah yang sama masing-masing 5 menit, seterusnya sampai 5 kali pengulangan
v Diamati perubahan suhu yang ditunjukkan oleh TBK dan TBB tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
· Data Hasil Pengamatan
Tempat Pengamatan
|
I
|
S
|
II
|
S
|
III
|
S
|
IV
|
S
|
V
|
S
| |||||
TBK
|
TBB
|
TBK
|
TBB
|
TBK
|
TBB
|
TBK
|
TBB
|
TBK
|
TBB
| ||||||
Di bawah Tajuk Tanaman
|
26
|
25
|
1
|
26
|
25
|
1
|
26
|
25
|
1
|
27
|
25
|
2
|
26
|
25
|
1
|
Di Lapangan Terbuka
|
30
|
26
|
4
|
29
|
27
|
2
|
31
|
27
|
4
|
29
|
27
|
2
|
31
|
27
|
4
|
Note: S = Selisih
- Data Hasil Persentase Kelembaban Nisbi
Tempat Pengamatan
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
| |
Di Bawah Tajuk Tanaman
|
91%
|
91%
|
91%
|
82%
|
91%
| |
Di Lapangan Terbuka
|
68%
|
75%
|
68%
|
83%
|
68%
|
- Grafik Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan alat ukur kelembaban, yaitu Psychrometer. Psychrometer ini terdiri dari thermometer bola kering (TBK) , yaitu thermometer air raksa biasa yang digunakan untuk mengukur suhu udara. Kemudian thermometer bola basah (TBB), yaitu TBK yang ujungnya dibungkus kain/kapas basah yang dijaga agar selalu lembab. Hal ini menunjukkan kelembaban tersebut sebesar 100 % yang disebabkan oleh pertambahan uap air yang berasal dari kain/kapas basah tersebut.
Pada table diatas kita dapat melihat kondisi tekanan uap dan suhu udara yang diukur pada TBK menunjukkan angka yang lebih tinggi, misalnya pada pengamatan pertama ( I ), suhunya adalah 26°C. Namun, kondisi yang diukur pada TBB menunjukkan angka yang lebih rendah, yaitu 25°C. TBB menunjukkan angka yang lebih rendah karena thermometer tersebut telah terlebih dahulu dibungkus dengan kapas basah untuk menunjukkan tekanan uap air untuk mencari kelembaban nisbi.
Perbedaan angka yang ditunjukkan oleh kedua thermometer tersebut, merupakan selisih antara suhu udara biasa pada TBK dengan tekanan uap air pada TBB. Melalui selisih angka yang telah dibaca tersebut, maka kita dapat mengetahui jumlah kelembaban udara dengan cara melihat table kelembaban nisbi (relative humidity = RH). Kelembaban yang terjadi akan selalu berubah-ubah, hal ini disebabkan karena panas pada ujung TBB akan terserap sebagian pada kapas yang berada dalam air. Hal ini juga sangat terpengaruh pada selisih dan angka yang diperoleh dari TBK dan TBB melalui daya serap sinar matahari.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Kelembaban udara merupakan persentase kandungan uap air dalam udara yang berasal dari proses penguapan. Jumlah uap air dalam atmosfer memiliki tiga macam ukuran yaitu : (1) Kelembaban mutlak, (2) Kelembaban istimewa, dan (3) Kelembaban relative.
Ø Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban actual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Kelembaban actual adalah tekanan uap air, sedangkan kapasitas udara merupakan tekanan uap jenuh.
Ø Pengembunan yang terjadi pada permukaan cermin akan menyebabkan refleksi cahaya ke sensor akan berkurang. Suhu udara pada saat refleksi cahaya ke sensor menurun yaitu pada saat kondensasi mulai berlangsung.
B. Saran
Diharapkan kepada asisten dalam memberi penjelasan materi yang akan disampaikan lebih akurat, jelas, dan mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, 2003, Klimatologi Dasar, Bogor : FMIPA-IPB.
Lakitan, Benyamin, 2002, Dasar-Dasar Agroklimatologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
0 comments:
Post a Comment