17 December 2015

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab Qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi Kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi Koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata Kopi yang dikenal saat ini.
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekita tahun
 800 SM. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).
Kopi pada umumnya dibagi atas dua, yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Sebagian besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji kopi jenis ini. Kopi ini berasal dari Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dan Indonesia. Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak.  Kopi robusta dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m di atas permuakaan laut. Selain itu, kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini menjadikan kopi robusta lebih murah. Kopi robusta banyak ditumbuhkan di Afrika Barat, Afrika Tengah, Asia Tenggara.
Laporan Praktikum Agroklimatologi



RADIASI MATAHARI


OLEH :
Muhammad Udai
0805106010055 











LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2010




I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Energi yang berasal dari matahari merupakan potensi energi terbesar dan terjamin keberadaannya di muka bumi. Berbeda dengan sumber energi lainnya, energi matahari bisa dijumpai diseluruh permukaan bumi. Pemanfaatan radiasi matahari sama sekali tidak menimbulkan polusi ke atmosfer. Perlu diketahui bahwa berbagai sumber energi seperti tenaga angin, bio-fuel, tenaga air sesungguhnya juga berasal dari energi matahari. Pemanfaatan radiasi matahari umumnya terbagi dalam dua jenis, yaitu termal dan photovoltaic.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara dari matahari di suatu daerah adalah, (1) Lamanya penyinaran matahari, (2) Sudut datang sinar matahari. Factor lamanya penyinaran matahari dapat diukur dengan menggunakan salah satu dari tipe Camble Stokes, yang mempunyai prinsip kerja dan bagian-bagian penting tertentu.
            Matahari memiliki intensitas yang dapat diukur yaitu dengan menggunakan Aktinograf dan Solarimeter. Dalam menggunakan Aktinograf kita membutuhkan kertas pias, yaitu berupa kertas yang menunjukkan skala intensitas sinar matahari pada garis-garis vertical dan skala intensitas sinar matahari pada garis-garis horizontal untuk menghitung keadaan cuaca dan periode kita menggunakan Planimeter.

1.2  Tujuan
            Adapun tujuan penelitian Radiasi Matahari ini adalah untuk mengetahui lamanya penyinaran matahari dalam waktu 1 tahun.

Laporan Praktikum Agroklimatologi



KELEMBABAN UDARA


OLEH :
Muhammad Udai
0805106010055 











LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2010



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

            Laju penguapan dari permukaan tanah lebih ditentukan oleh deficit tekanan uap air dari pada kelembaban mutlak maupun nisbi. Sedangkan pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi telah mencapai 100 % meskipun tekanan uap aktualnya relatif rendah.

            Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban actual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban actual dinyatakan dengan tekanan uap actual, maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh. Semakin tinggi suhu udara, maka kapasitas untuk menampung uap air meningkat.

            Di daerah tropika basah, kelembaban rata-rata harian atau bulanan relative tetap sepanjang tahun, umumnya RH lebih dari 60 %. Perubahan kelembaban rata-rata ini tidak terlalu jelas karena variasi suhu harian yang juga sangat kecil. Sedangkan untuk daerah lintang tinggi, variasi kelembaban nisbi relative lebih besar karena variasi suhu hariannya yang juga besar.

B. Tujuan

            Adapun tujuan dari praktikum Kelembaban Udara ini adalah untuk mengetahui, mengukur, dan memahami tingkat kelembaban yang ditunjukkan oleh alat termometer Psychrometer pada waktu dan tempat tertentu.



Laporan Praktikum Agroklimatologi



ANALISIS NERACA AIR LAHAN


OLEH :
Muhammad Udai
0805106010055






 






LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PETANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2010


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Air hujan yang lolos dari tajuk tanaman akan mencapai permukaan tanah dan sebagian masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Beberapa sifat tanah yang merupakan komponen-komponen neraca air, misalnya kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori), infiltrasi, kemantapan pori sangat dipengaruhi oleh macam penggunaan lahan atau jenis dan susunan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Perubahan volume ruangan pori makro (dan hal lain yang berkaitan) akibat penutupan dan pembukaan rekahan (retakan) tanah yang mengembang dan mengerut serta pembentukan dan penghancuran pori makro oleh hewan makro dan akar. Peristiwa ini terjadi dalam skala waktu hari hingga minggu. Pengaruh utama kejadian adalah terhadap aliran air melalui jalan pintas (by-pass flow) dan penghambatan proses pencucian unsur hara.

Tujuan Percobaan
            Adapun tujuan percobaan ini adalah
-          Memahami cara mencari disetiap unsur
-          Untuk mengetahui pada bulan yang cocok untuk menanam padi dan palawija.


TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa sifat tanah yang merupakan komponen-komponen neraca air, misalnya kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori), infiltrasi, kemantapan pori sangat dipengaruhi oleh macam penggunaan lahan atau jenis dan susunan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Jadi jenis-jenis pohon atau tanaman semusim yang ditanam pada suatu bidang tanah dapat mempengaruhi siklus dan kesetimbangan air pada sistem tersebut. Sebaliknya siklus dan kesetimbangan air dalam sistem ini pada gilirannya juga mempengaruhi kompetisi antara komponen tanaman yang ada (Hendrik, 1996 ).
Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang dapat diserap tanaman adalah air yang berada dalam pori-pori tanah di lapisan perakaran. Akar tanaman dari semua komponen agroforestri menyerap air dari tandon air yang sama dan pada kapasitas yang terbatas. Bila jumlah air dalam tandon berkurang terjadilah perebutan antara akar-akar berbagai jenis tanaman yang ada untuk mengambil air. Dalam hal ini terjadi kompetisi untuk mendapatkan air guna mempertahankan pertumbuhan masing-masing jenis tanaman. Beberapa sifat tanah yang merupakan komponen-komponen neraca air, misalnya kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori), infiltrasi, kemantapan pori sangat dipengaruhi oleh macam penggunaan lahan atau jenis dan susunan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Jadi jenis-jenis pohon atau tanaman semusim yang ditanam pada suatu bidang tanah dapat mempengaruhi siklus dan kesetimbangan air pada sistem tersebut. Sebaliknya siklus dan kesetimbangan air dalam sistem ini pada gilirannya juga mempengaruhi kompetisi antara komponen tanaman yang ada (Budiman, 1988 ).
Curah hujan yang jatuh pada suatu kawasan, sebagian akan ditahan oleh tajuk pohon, dan sebagian lagi oleh tajuk tanaman semusim, dan lainnya lolos ke permukaan tanah di bawah pohon dan di bawah tanaman semusim .Air yang ditahan oleh tajuk pohon dan tanaman semusim sebagian besar menguap sehingga tidak berpengaruh kepada simpanan (cadangan) air dalam tanah. Tajuk pohon dan tanaman semusim yang berbeda mengakibatkan perbedaan jumlah air yang ditahan tajuk kedua jenis tanaman itu. Akibatnya jumlah air yang lolos dan mencapai permukaan tanah di bawah pohon dan dibawah tanaman semusim juga berbeda. Air hujan yang lolos dari tajuk tanaman akan mencapai permukaan tanah dan sebagian masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Sebagian lagi mengalir dipermukaan tanah sebagai limpasan permukaan. Sifat-sifat tanah di bawah pohon dan tanaman semusim dan jumlah air yang jatuh di bawah kedua tanaman yang berbeda menyebabkan kecepatan infiltrasi dan limpasan permukaan di bawah tanaman semusim dan pohon juga berbeda. Dalam kondisi tertentu infiltrasi di bawah pohon bisa cukup tinggi sehingga tidak hanya cukup untuk menurunkan Rt menjadi nol (tidak ada limpasan permukaan), tetapi mampu menampung limpasan permukaan dari areal di bawah tanaman semusim (Rosdan, 2001 ).
Laporan Praktikum Agroklimatologi



Curah Hujan Dan Evaporasi


OLEH :
Muhammad Udai
0805106010055 











LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2010











PENDAHULUAN
Latar Belakang

     Evaporasi yang bersumber dari badan-badan air seperti lautan, danau, sungai dan rawa-rawa yang menghasilkan uap air di atmosfer, sebagai sumber presipitasi, merupakan peristiwa yang menyebabkan siklus hidrologi. Kebutuhan air untuk tanaman sangat tergantung dari  besarnya curah hujan rata-rata dengan  penguapan (evapotranspirasi). Jika semakin kecil curah hujan rata-rata bulanan, semakin besar penguapan, maka kebutuhan air untuk tanaman akan semakin besar. Demikian pula kaitannya dengan luas sawah yang dapat diairi, jika kebutuhan air untuk tanaman besar, ketersediaan air sedikit, maka luas sawah yang dapat diairi semakin kecil. Alat-alat untuk mengukur evaporasi adalah evaporimeter (panci terbuka).
            Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada saerah yang alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium (obs) atau sering disebut Ombrometer. Data yang didapat dari alat ini adalah curah hujan harian. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1-2 m dari permukaan tanah.

Tujuan
            Adapun tujuan praktikum Evaporasi dan Curah Hujan adalah untuk lebih memahami tentang evaporasi dan curah hujan serta mengetahui alat-alat yang digunakan dalam pengukuran curah hujan, dan untuk mengetahui pengaruh evaporasi terhadap curah hujan.
           
BAB I
PENDAHULUAN

            Globalisasi dunia ditandai oleh derasnya arus komunikasi yang mampu menerobos dan melintasi dinding pemisah antar daerah, pulau, dan bahkan antar negara. Pada era ini, jarak yang membatasi posisi antar negara di belahan dunia bukan lagi merupakan kendala atau hambatan yang sulit untuk ditembus dalam proses komunikasi. Dunia yang begitu luas ini dapat ditransformasikan seolah-olah menjadi sebuah desa atau perkampungan kecil yang dapat dijangkau dengan cepat dari segala arah, sehingga setiap peristiwa yang terjadi pada suatu daerah atau negara dapat didengar atau dilihat dengan mudah oleh negara lain seketika itu juga. Jagat raya ibarat sebuah globe yang berupa peta dunia berbentuk seperti bola yang berada diatas sebuah meja, sehingga dengan hanya memutar posisi bola tersebut suatu daerah atau negara-negara lain dapat dilihat berkali-kali dengan mudah. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya perkembangan teknologi komunikasi yang cukup pesat dan cenderung spektakuler.

Implikasi dari era globalisasi ini adalah terjadinya era perdagangan bebas antar negara atau kawasan. Perdagangan bebas antar kawasan asia (Asia Free Trade Area) akan diberlakukan pada tahun 2003, sedangkan NAFTA (North Afrika Free Trade Area) akan diberlakukan sekitar tahun 2020. Pada sistem perdagangan bebas tersebut, suatu negara dapat menunjukkan dan sekaligus mempromosikan segala kehebatannya kepada negara lain secara leluasa. Produk-produk dari pengembangan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni masing-masing negara akan saling berkompetisi demi merebut dan menguasai pangsa pasar lokal maupun global. Dengan demikian, akan terjadi persaingan produk dari segi fisik maupun finansial. Hal yang paling dibutuhkan oleh suatu negara dalam menghadapi pasar bebas tersebut adalah menyiapkan sumber daya manusia yang cukup, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas.

            Indonesia yang merupakan salah satu dari negara yang terlibat dalam sistem perdagangan bebas harus memiliki strategi yang jitu untuk menghadapi era yang sarat dengan kompetisi tersebut. Strategi tersebut tentunya disusun dan dibuat berdasarkan pada kemampuan bangsa Indonesia dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusianya. Mengingat republik ini merupakan negara agraris, maka hal utama yang perlu dipikirkan dalam menyusun dan menentukan strategi tersebut adalah memperkuat sektor pertanian sebagai unsur industri primer (pertanian, kehutanan, dan perikanan). Hal ini disebabkan dengan tangguhnya sektor pertanian akan menghasilkan ketahanan pangan yang mengakibatkan bangsa ini mempunyai modal dasar yang kokoh untuk menangkal segala gangguan, tantangan, dan ancaman baik yang bersifat lokal maupun global. Di samping itu, tentunya juga harus dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa berdasarkan pengalaman di Inggris, Jepang, dan Korea Selatan penurunan jumlah tenaga kerja pada industri primer tergantung pada peningkatan jumlah tenaga kerja pada industri sekunder ( pertambangan, konstruksi, dan manufaktur) serta industri tersier yang meliputi listrik, gas, air dan uap, transportasi, komunikasi, perdagangan besar dan eceran, keuangan, ansuransi, perumahan, jasa, pemerintah, dan lain-lainnya. Berdasarkan hal tersebut jika sektor pertanian sudah tangguh, efisien, dan modern maka secara otomatis akan memberikan dukungan bagi pengembangan seluruh sektor industri lainnya, yakni dengan cara mengalihkan sumber daya tanaga kerja yang tadinya pada sektor pertanian (industri primer) untuk bekerja di sektor industri sekunder dan tersier.
           

Makalah Mesin Peralatan 1



Mesin Tanam Acak Dalam Lajur (Drill Seeder)





Oleh:

KELOMPOK II


IZZA NAZILA                      (0805106010059)
SHAFWANDI                       (0805106010050)
KHALID HARIS                  (0805106010044)
MUNTAHA FIKRI              (0805106010056)
MUHAMMAD UDAI          (0805106010055)
AL-QUDRI                            (0805106010040)
RAMLI HAMDANI             (0805106010046)
TEUKU BAHTIAR             (0805106010043)
                                    MAULANA                           (0805106010042)











UNIVERSITAS SYIAH KUALA
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
DARUSSALAM,BANDA ACEH
2010



KATA PENGANTAR

           
Puji dan syukur kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah
ini berjudul “ Mesin Tanam Acak Dalam Lajur (drill Seeder) ” ditulis untuk  memenuhi tugas mata kuliah Mesin Peralatan 1. Makalah ini membahas tentang cara kerja mesin tersebut pada saat penjatuhan benih tanaman kedalam tanah.
 Penulisan makalah ini dapat berjalan dengan lancar berkat bimbingan dari Bapak Muhammad Dhafir.,ST,M.Sc.Oleh karena itu,melalui pengantar ini,kami dari kelompok II mengungkapkan rasa terima kasih kepada beliau,dan kepada semua pihak yang telah ikut membantu.
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin belum cukup sempurna dijadikan sebagai sumber rujukan utama bagi mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman . Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
                                                                                                                    




            Banda Aceh,5 Desember 2010
                 


                     Kelompok II





BAB  I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi  khususnya dalam bidang pertanian, sekarang ini telah dikembangkan berbagai jenis mesin penanam  yang dimaksudkan untuk membantu petani dalam memudahkan proses penanaman sehingga dapat menghasilkan kinerja efektif dan efisien dengan keuntungan yang lebih besar pula.
Dalam bidang pertanian kegiatan penanaman merupakan salah satu kegiatan yang cukup penting dan juga menentukan hasil pertanian. Namun tidaklah hanya sampai disana, dalam kegiataan penanam juga memiliki perkembangan terutama terkait dengan alat/mesinnya. Alat/mesin pertanian selalu berkembang sejalan dengan berkembangnya tingkat peradaban manusia. Walaupun demikian, para petani di Indonesia belum mengetahui adanya alat/mesin penanam.
Petani Indonesia masih memakai cara-cara tradisional dalam kegiatan penanaman, cara-cara itu selain menghabiskan tenaga dan waktu, juga menghabiskan biaya. Dengan demikian sudahlah menjadi kewajiban kita sebagai seorang mahasiswa teknik pertanian untuk memperkenalkan alat/mesin penanam yang modern tersebut sehingga dengan penggunaan alat/mesin penanam diharapkan menghemat waktu dan tenaga. Hasil yang didapat akan lebih memuaskan dibanding dengan memakai cara tradisional. Selain meringankan dalam kegiatan penanaman juga dapat mengetahui dosis penggunaan benih yang tepat yang telah diperhitungkan sebelum kegiatan penanaman Ada dua jenis alat dan mesin penanam, yaitu Seeder dan Rice Transplanter Penggunaan alat mesin pertanian untuk penanaman tersebut dapat memudahkan petani dalam melakukan penyebaran benih maupun penanaman bibit.


Makalah  insttrumentasi dan kontrol otomat

SENSOR SUARA














JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2011






I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang ini, semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia. Ilmu pengetahuan dan teknologi ini dimanfaatkan dan dikembangkan oleh manusia untuk dapat membantu pekerjaan mereka sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih mudah dan efesien. Oleh karena itu, setiap manusia terutama mahasiswa dituntut agar mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Sebenarnya intansi pendidikan di Indonesia dan negara lainnya telah menerapkan perkembangan iptek tersebut, salah satunya seperti adanya pembelajaran mengenai rangkaian elektronika pada jurusan teknikal diberbagai intansi pendidikan
Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya (Petruzella, 2001). Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik berfungsi mengubah besaran fisik (misalnya : temperatur, gaya, kecepatan putaran) menjadi besaran listrik yang proposional.
Sensor merupakan komponen utama dari suatu tranduser, sedangkan tranduser merupakan sistem yang melengkapi agar sensor tersebut mempunyai keluaran sesuai yang kita inginkan dan dapat langsung dibaca pada keluarannya. Ada berbagai macam sensor yang ada dipasaran, namun berhubung aplikasi yang akan diwujudkan pada perancangan kali ini adalah sistem pendeteksi dan pengaman kebakaran, maka penulis hanya akan membahas sensor suhu dan sensor asap, mengingat aplikasi dan perancangan yang akan dibahas nanti berhubungan dengan kedua sensor ini.


15 December 2015

 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO
( PLTMH)






Oleh :


Muhammad Udai
0805106010055




















JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PETANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2010





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Globalisasidunia ditandai oleh derasnya arus komunikasi yang mampu menerobos dan melintasi dinding pemisah antar daerah, pulau, dan bahkan antar negara. Pada era ini, jarak yang membatasi posisi antar negara di belahan dunia bukan lagi merupakan kendala atau hambatan yang sulit untuk ditembus dalam proses komunikasi. Dunia yang begitu luas ini dapat ditransformasikan seolah-olah menjadi sebuah desa atau perkampungan kecil yang dapat dijangkau dengan cepat dari segala arah, sehingga setiap peristiwa yang terjadi pada suatu daerah atau negara dapat didengar atau dilihat dengan mudah oleh negara lain seketika itu juga. Jagat raya ibarat sebuah globe yang berupa peta dunia berbentuk seperti bola yang berada diatas sebuah meja, sehingga dengan hanya memutar posisi bola tersebut suatu daerah atau negara-negara lain dapat dilihat berkali-kali dengan mudah. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya perkembangan teknologi komunikasi yang cukup pesat dan cenderung spektakuler.


Implikasi dari era globalisasi ini adalah terjadinya era perdagangan bebas antar negara atau kawasan. Perdagangan bebas antar kawasan asia (Asia Free Trade Area) akan diberlakukan pada tahun 2003, sedangkan NAFTA (North Afrika Free Trade Area) akan diberlakukan sekitar tahun 2020. Pada sistem perdagangan bebas tersebut, suatu negara dapat menunjukkan dan sekaligus mempromosikan segala kehebatannya kepada negara lain secara leluasa. Produk-produk dari pengembangan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni masing-masing negara akan saling berkompetisi demi merebut dan menguasai pangsa pasar lokal maupun global. Dengan demikian, akan terjadi persaingan produk dari segi fisik maupun finansial. Hal yang paling dibutuhkan oleh suatu negara dalam menghadapi pasar bebas tersebut adalah menyiapkan sumber daya manusia yang cukup, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas.

14 December 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran, Validitas dan Reliabilitas menempati kedudukan yang penting dan merupakan bagian utuh dari proses dan tahapan kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi, guru dapat mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukannya, pada tiap kali pertemuan, setiap semester, setiap tahun, bahkan selama berada pada satuan pendidikan tertentu. Dengan demikian tiap kali membahas proses pembelajaran, maka berarti kita juga membahas tentang evaluasi, karena evaluasi inklusif di dalam proses pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan evaluasi pembelajran dengan benar, maka setiap guru di persyaratkan mengetahui berbagai dimensi yang terkait dengan evaluasi, terutama berkaitan dengan hakikat validitas, macam-macam validitas, dan cara mencari reliabilitas evaluasi di dalam pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Validitas dan Reliabiltas?
2.      Apakah Macam-macam Validitas?
3.      Pengertian Reliabiltas bagi Sebuah Tes?
4.      Cara mencari Reliabiltas?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Validitas dan Reliabiltas?
2.      Untuk mengetahui Macam-macam Validitas?
3.      Untuk mengetahui  Reliabiltas bagi Sebuah Tes?
4.      Untuk mengetahui Cara mencari Reliabiltas?


Popular Posts

Followers